Posted :

in :

Sungai Cianten menjadi tujuan para kader rafting 2024 untuk melakukan Spesialisasi Divisi, yang merupakan jenjang pendidikan terakhir di Mahasiswa Walisongo Pecinta Alam (MAWAPALA). Spesalisasi ini dapat dilaksanakan ketika para kader telah berhasil menyelesaikan pendidikan sebelumnya, seperti Wajib Medan I dan Wajib Medan II.

Terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam memilih sungai untuk melaksanakan spesialisasi. Pertama, sungai yang dipilih harus memiliki grade lebih tinggi dari

sungai yang terakhir kali diarungi, yaitu Sungai Serayu pada kegiatan Wajib Medan II. Kedua, sungai yang dipilih harus memungkinkan untuk digunakan dalam seluruh materi praktik yang telah diberikan. Ketiga, sungai tersebut harus berada di luar Jawa Tengah untuk memperluas eksplorasi ke daerah lainnya.

 Pada Sabtu, 03 Agustus 2024, para kader rafting akan berangkat ke Sungai Cianten, Bogor, Jawa Barat, untuk melaksanakan spesialisasi divisi rafting Mawapala UIN Walisongo Semarang. Jauh sebelum pemberangkatan, kami telah mempersiapkan beberapa hal yang perlu disiapkan terlebih dahulu, seperti pembentukan panitia, mencari informasi mengenai Sungai Cianten, mempersiapkan alat yang akan dibawa, menyiapkan awak yang akan ikut serta, dan lain-lain. Tahap ini dikenal sebagai pra-pengarungan.

Perjalanan kami menuju Bogor menggunakan transportasi umum, yaitu kereta api, KRL, dan angkot. Selama di Bogor kami beristirahat di Basecamp Lawalata. Pada Minggu, 4 Agustus 2024, pengarungan dimulai dari Start Point di Cijengkol. Sebelum pengarungan, seluruh peserta melakukan sesi renang jeram, yang terdiri dari renang defensive dan renang agresif.

Renang defensive digunakan di bagian sungai yang berjeram dan berbatu, sedangkan renang agresif dengan gerakan mirip renang bebas digunakan untuk menepi ke pinggir sungai, dilakukan dengan berenang menghadap ke hulu pada sudut 45 derajat, memotong arus utama. Kader melakukan renang jeram dua kali, sementara pendamping lainnya melakukannya sekali. Setelah sesi renang jeram, pengarungan dilanjutkan dengan dua perahu yang masing-masing dipimpin oleh kader rafting sebagai skipper.

Pada jeram ke-5, para kader menerapkan materi self rescue dan team rescue. Untuk self rescue, kader diinstruksikan naik kembali ke atas perahu dengan cara mendekati perahu, kemudian menarik boatline yang mengelilingi tabung perahu. Setelah itu, mereka harus mengangkat dan mendorong tubuh mereka ke dalam perahu, lalu segera mengambil posisi aman begitu sudah berada di dalam perahu. Target dari aplikasi self rescue ini adalah berhasil naik ke atas perahu sebanyak dua kali tanpa alat bantu, yang dilakukan secara bergantian oleh setiap kader,

Pengaplikasian team rescue dalam menaikkan korban ke atas perahu melibatkan teknik-teknik untuk membantu korban yang jatuh ke air agar bisa kembali ke perahu dengan aman. Dalam latihan ini, setiap kader diharapkan dapat menaikkan dua korban ke atas perahu secara bergantian. Selanjutnya, kami mengaplikasikan teknik lempar throw rope untuk penyelamatan menggunakan tali yang dilemparkan. Terdapat tiga teknik melempar throw rope: 1) Melempar dari atas untuk korban yang berada jauh dari perahu. 2) Melempar dari samping untuk korban banyak. 3) Melempar dari bawah untuk korban dekat dengan perahu.

Teknik pelemparan dapat disesuaikan dengan kenyamanan dan keterampilan rescuer. Target dari latihan lempar throw rope adalah mengenai korban dengan tepat. Para kader melaksanakan latihan ini secara bergantian, dengan satu kader berperan sebagai rescuer dan kader lainnya sebagai korban. Aplikasi materi terakhir yang kami lakukan di jeram ke 5 yaitu adalah aplikasi flip flop, situasi dimana perahu karet terbalik (flip) karena benturan dengan arus atau rintangan, dan kemudian dikembalikan ke posisi semula (flop) oleh para awaknya atau dengan bantuan team rescue yang dilakukan secara bergantian oleh para kader dengan target waktu 5 menit.

Pada jeram ke-6, kami melakukan pemetaan jeram sebagai salah satu bentuk pemenuhan target. Pemetaan jeram ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan medan yang akan dilalui pada jeram tersebut. Dalam proses ini, para kader bekerja sama dengan pendamping untuk mengumpulkan dan merekap seluruh data yang diperlukan untuk pembuatan peta nantinya.

Pada Finish Point para kader melanjutkan pengaplikasian teknik portaging untuk melengkapi materi yang telah dipelajari. Usai pengarungan selesai peserta diwajibkan untuk membersihkan diri dan dilanjutkan dengam para kader melakukan wawancara dengan beberapa pihak, termasuk operator dari Pandawa Rafting, warga sekitar, dan Mapala Lawalata, guna mendukung dan memperkuat hasil yang akan disusun nantinya.

Wawancara dilakukan selama 2 jam dengan pembagian tugas beberapa kader melakukan audiensi kepada narasumber, sementara pendamping diminta untuk mengambil foto sebagai bukti. Wawancara tersebut mencakup topik mulai dari sejarah hingga pengalaman masyarakat sekitar sungai. Setelah wawancara selesai dan seluruh pertanyaan yang dibutuhkan telah terpenuhi, seluruh kader dan peserta bersiap untuk kembali menggunakan mobil yang telah disewa sebelumny

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *