MAWAPALA (Mahasiswa Walisongo Pencinta Alam) adalah salah satu unit kegiatan mahasiswa Uin walisongo Semarang yang bergerak di bidang pencinta alam, organisasi yang bisa dikatakan sebagai kegiatan yang lagi ngehits di kalangan remaja, tentunya di dalam organisasi harus ada hasil dari selama kita mengikuti serangkaian kegiatan yng sudah di laksanakan, di Mawapala ada 5 divisi yaitu Gunung Hutan, Rock Climbing, Caving, Rafting dan KLH (Konservasi lingkungan hidup).
Dalam organisasi Mawapala (Mahasiswa Walisongo Pencinta Alam), ada serangkaian kegiatan yang harus dilalui seorang warga muda untuk menjadi warga penuh, dari pendidikan dasar, orientasi divisi, masa bimbing, pendidikan lanjut, pengembaraan hingga pembaiatan. Warga muda MAWAPALA telah melaksanakan pendidikan dasar, orientasi divisi dan masa bimbingan, selanjutnya harus melaksanakan kegiatan pendidikan lanjut, pendidikan lanjut ini dilakukan masing masing divisi, pada kesempatan kali ini kita akan melakukan kegiatan pendidikan lanjut divisi Rock Climbing.
Rock Climbing merupakan salah satu divisi di MAWAPALA (Mahasiswa Walisongo Pencinta Alam), Rock Climbing atau lebih di kenal panjat tebing adalah suatu olahraga alam yang menggunakan teknik-teknik khusus untuk bisa menguasainya dengan menggunakan cacat batuan baik tonjolan maupun rekahan yang memiliki kemiringan lebih dari 70°.
Pendidikan lanjut divisi Rock Climbing dilaksanakan di Tebing Sukolilo, yang terletak di dusun Solokaton, desa Kedung winong, kecamatan Sukolilo, kabupaten Pati, Jawa Tengah. Dikjut dikuti oleh 7 orang, 1 kader yaitu Devi mailina (kawan Ceting) dan 6 pendamping yaitu zumaroh(kawan Darling), Nani Nur Asfiyah (kawan Cecak), Fitri Nur Anisa(kawan Beta), Muhammad Syarifuddin ( kawan Pedot), Tri Susilo (kawan Boyo), Shodiq Ansori (kawan Oglek).
Kegiatan pendidikan lanjut di laksanakan selama 4 hari, dari jumat 5 juli – senin 8 juli 2019, kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu jenjang warga muda dan juga sebagai syarat menjadi warga penuh di MAWAPALA, dalam Rock Climbing memiliki banyak materi, dan materi yang di aplikasikan yaitu Runer to runer, Artificial climbing, Bouldering, Hanging belay, dan Top Cleaning. Di Tebing Sukolilo terdapat 3 jalur Sport yang dapat di gunakan dalan pemanjatan.
Hari pertama, Jumat 5 juli 2019, kita melakukan upacara pemberangkatan dan perjalan menuju lokasi Tebing Sukolilo menggunakan motor pribadi, sesampainya disama kita istirahat sejenak dan melanjutkan ormed (orientasi medan), dijalur Tebing. Selanjutnya kita melakukan observasi dengan warga sekitar, Narasumber dari Bapak Judin ( mbah Judin) selalu yang punya rumah tempat kita tinggal dan selaku warga desa yang asli penduduk desa Kedung Winong.
Sabtu 6 juli 2019, mengaplikasikan materi Runner to runner di jalur 1 dan jalur 2. Di jalur 1 terdapat 8 hanger dengan jarak per runnernya kurang lebih 2,2 meter memiliki ketinggian kurang lebih 22 meter, di jalur ini tidak bisa mengaplikasikan Top cleaning karena tali tidak cukup. Sama halnya dengan jalur 1 di jalur 2 terdapat 8 hanger, jarak antar runner 2,3 meter memiliki ketinggian kurang lebih 23 meter. Di hari ini juga mengaplikasikan teknik Boulder, terdapat 5 jalur yang harus dilewatin oleh kader.
Minggu 7 juli 2019, materi yang di aplikasikan yaitu artificial climbing dan tunner to runner jalur 3, Artificial Climbing adalah teknik pemanjatan yang dilakukan untuk membuat jalur, di pendidikan lanjut kali ini kader mendapat kan 7 pengaman dengan ketinggian 15 meter, di pemanjatan runer to runer jalur 3 terdapat 10 hanger jarak antar hanger yaitu kurang lebih 2 meter dan memiliki ketinggian kurang lebih 23 meter, pada jalur ini juga kita dapat materi baru tentang Top cleaning denagn menggunakan 2 tali yang di sambung. Di jalur 3 juga mengaplikasikan materi Hanging belay di runer yang ke 5 dan pemanjat ke dua di lakukan oleh Zumaroh ( kawan Darling). Ketika selesai melakukan hanging belay lanjut di Top cleaning.
Senin 8 juli 2019, perjalanan pulang, sebelumnya kita berpamitan dengan mbah Judin selaku warga sekitar dan juga meminta tanda tangan di kantor desa sebagai bukti kalau sudah selesai ber kegiatan. Pulang dari desa Kedung winong menuju Semarang memerlukan waktu kurang lebih 3 jam perjalanan.
Hasil kegiatan
Observasi dilakukan pada hari jumat 5 Juli 2019 dengam narasumber Bapak Sukarjudin (mbah Judin), berumur 95 tahun lebih, dengan istrinya yang bernama Ibu Sulastri berumur 50 tahun , ia adalah penduduk asli dari desa tersebut.
Tebing Sukolilo terletak di Dusun Solokaton, Desa Kedung Winong, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Disana juga terdapat Goa Kucing, dinamakan Goa kucing karena kalau dilihat dari atas seperti kucing. Disana terdapat pula Goa Pawon, konon katanya Goa tersebut angker, kerap dibuat untuk Bertapa (menambah kekuatan), dan kerap pula dibuat Semedi (pesugihan).
Awal mulanya daerah tersebut adalah Alas (hutan) yang penuh dengan tumbuhan, dulunya terdapat warung Germo (nakal), alasan dijadikan tempat seperti itu karena jauh dari keramaian dan kurangya pencahayaan di daerah itu. Mitos mengatakan bahwa tidak ada orang yang boleh memasuki goa kucing dan goa pawon itu, singkat cerita ada ular besar yang menjadi penunggu di kedua Goa tersebut.
Masyarakat disana tidak mengelola Tebing ataupun Goa sebagai tempat wisata, mereka juga tidak mengambil dana sepeserpun buat pemasukan desa, jika ingin berkegiatan disitu, meminta ijin dengan RT dan kelurahan, juga memberikan surat kegiatan di Polsek dan pukesmas yang terdapat disana. Pak RT juga tidak menganjurkan untuk bermalam di sekitar Tebing karena tempat tersebut banyak anak muda yang sering jail jika ada yang sedang berkegiatan.
Sebagian masyaratat di sekitar tebing beragama islam, namun ada seorang warga yang memelihara seekor anjing, entah memang binatang peliharaan atau sebagai mata pencarian(berburu). Mayoritas masyarakat dusun solokaton desa kedung winong menjadi seorang tani sebagai pekerjaan. Disekitaran tebing ada sebuah proyek pengeboran lahan tebing, karena tanah tersebut dijual ke Kota. Sebagian pekerja proyek juga penduduk asli dusun.
Banyak sekali info tentang siapa orang yang pertama kali datang dan membuat jalur pada tebing tersebut, menurut Narasumber yang kita tanya Orang yang pertama kali dating yaitu dari Kudus, Jepara dan Demak. Ada kemungkinan merekalah yang membuat jalur sport ditebing tersebut. Disana terdapat 3 jalur sport. Jalur yang pertama dinamai Jalur Ruwet, jalur dua dan jalur tiga belom tertera Namanya.
Banyak himbauan ataupun larangan yang ada diantaranya:
– Jika mendengar adzan harus turun dari Tebing (beristirahat)
– Pulang jangan sampai petang maksimal jam5 sore.
– Tidak diperbolehkan masuk Goa sendirian
– Harus selalu berhati-hati karena tidak ada yang bertanggung jawab jika terjadi apa-apa
– Harus berdoa setiap akan melakukan kegiatan.
Tebing sukolilo belum banyak dikunjungi orang karena belum ada orang yang mengeksplor daerah tersebut dengan baik, hanya kalangan MAPALA (mahasiswa pencinta alam) yang menetahui dan penggiat alam lainya.
Tinggalkan Balasan