Chapter I : Permulaan

Penulis: Moh. Arkham Z.P. (Kawan Gemblong)
Editor: A. Izzat Maimun (Kawan Kaslan)

Selayang Pandang Penulis

Salah satu motivasi saya untuk membuat tulisan ini adalah sebagai pemantik semangat dan pembelajaran bagi kawan-kawan generasi penerus. Secara pribadi saya juga ingin menyampaikan akan komitmen awal masuk di organisasi Mawapala. Organisasi yang memiliki pasang surut kondisi zaman namun tetap menjaga alurnya di garis nilai-nilai ke-Tuhanan, kekeluargaan, sosial dan kepencintalaman.

Sedikit cerita tentang awal mula saya ingin bergabung di Mawapala, sekitar beberapa bulan mendekati akhir tahun 2016. Saat itu hiruk pikuk pengenalan Mahasiswa baru pada kampus masih berlangsung, berbagai macam materi kuliah umum dan kegiatan pengenalan dijejalkan pada mahasiswa baru, yang salah satunya adalah saya. Di hari terakhir kegiatan pengenalan mahasiswa baru ada acara pengenalan unit kegiatan mahasiswa di kampus, dimana para mahasiswa baru dikenalkan pada kegiatan-kegiatan di luar perkuliahan guna memberikan keterampilan lebih diluar mata kuliah yang akan dipelajari nantinya.

Saat pengenalan atau expo UKM, banyak dari perwakilan masing-masing menampilkan kegiatan lewat demo maupun presentasi yang panjang dan lebar untuk menarik minat mahasiswa baru agar turut bergabung. Cukup menarik menurut saya, tapi lama-lama menjenuhkan karena dipaksa duduk tenang dan menonton semua penampilan yang terbilang tidak sebentar.

Saya agak aneh dan merasa cukup berbeda ketika tiba giliran perwakilan dari UKM-U Mawapala tampil, saat UKM yang lain tampil dengan banyak orang atau paling sedikit 4 orang dan mendemokan kegiatan yang mereka lakukan, dari Mawapala hanya satu orang yang datang, ternyata dia Ketua Umum dari Mawapala saat itu.

Dia berjalan dari pintu masuk ruangan Gedung Serba Guna, mengenakan PDH kebanggaan dan dengan singkat langsung menyampaikan tentang organisasi Mawapala selama kurang dari tiga menit, lalu ditutup dengan perkataan, “…Jika kawan-kawan sekalian memang benar-benar ingin tahu tentang Mawapala, datanglah sendiri ke basecamp kami, saya tunggu. ” Pungkasnya kurang lebih.

Dengan sikapnya yang menurut saya juga tidak mau harus berlama-lama dipanggung dengan kondisi mahasiswa baru yang mulai tak tahan karena bosan, panas, dan kelelahan, kesan yang saya dapat adalah itu sikap yang cukup berani karena jatahnya hanya sekali itu saja untuk menampilkan citra UKM Mawapala pada mahasiswa baru secara langsung. Kesempatan agar bisa menarik dan mendapat kader penerus hanya dilakukan sekilas saja, seperti menunjukkan bahwa organisasi ini tidak terlalu banyak bicara, tapi pembuktian dengan tindakan.

Alhasil, setelah itu saya langsung berminat mendaftar dan mengikuti screening yang dilakukan oleh mereka untuk menjaring kader baru Mawapala. Singkat cerita akhirnya tiba di proses wawancara (sampai sekarang pun saya masih ingat), ketika masuk ke sesi wawancara, saya ditanya oleh Ketua Umum saat itu.

“Apa yang membuat anda pantas masuk di Mawapala dan apa yang akan dilakukan jika anda diterima di Mawapala kedepannya?.”

Lalu saya jawab,

“Saya mungkin kurang baik di fisik, masih lemah, tapi saya akan berusaha yang lebih baik.” Jawaban yang paling biasa dan aman.

“Bagaimana cara melakukannya? Kegiatan kami berada di alam bebas, tentunya memiliki resiko yang cukup tinggi.” lanjutnya bertanya.

“Menurut saya, tidak semua kegiatan ada di depan layar, seperti berada di lapangan dan menjelajah, semua ada perannya masing-masing, mungkin saya akan tetap berusaha membantu melalui peran di balik layar.” Jawab saya jika tidak salah.

Kemudian satu tahun lebih sesudahnya, setelah saya lulus dan menjadi warga Mawapala dengan menyelesaikan pendidikan dasar pencinta alam serta berhasil menjadi warga penuh melalui pembaiatan (pelantikan, red), teringat kembali dahulu pernah berucap yaitu ingin menjadikan Mawapala kedepan lebih baik lagi. Dengan banyak kekurangan dan dengan pengalaman berbagi peran di depan dan belakang layar, sepertinya masih banyak lagi yang harus dipelajari untuk membutikan perkataan tersebut. Waktu berselang, saya beserta kawan-kawan lain diamanahi sebagai panitia program kerja pengembangan divisi, yang mana bertugas untuk mengakomodir kegiatan di lima divisi, lima tempat, lima waktu pelaksanaan dan lima konsep dengan peran di balik layar. Tanggung jawab dan tugas besar sudah ada di depan mata.

IMG_20171007_084749
Dok. Mawapala

Ucapan terima kasih yang tulus saya sampaikan kepada segenap warga Mawapala atas terlaksananya kegiatan pengembangan divisi ini, juga para senior yang mendidik saya agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik selama saya beproses di Mawapala, semoga jasa mereka mendapat balasan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan kasih sayang dan belas kasih-Nya.

Mungkin tulisan tentang cerita pengembangan divisi ini sudah terlewat agak lama, tapi tak usang juga menurut saya. Tentang judul yang dipilih, sub judul yang di bold dan italic, serta tulisan per kalimat yang disampaikan bisa saja membosankan, bisa juga tidak, harapan tentunya bisa menarik untuk dibaca, kalaupun tak menarik atau malah tak baik sama sekali, jelas khilaf dari saya.

Mari coba bernarasi agar lebih menyenangkan, akan membosankan jika kita ingin tahu kegiatan di Mawapala hanya dari arsip laporan kegiatan. Semoga bisa sampai terbaca kepada kawan-kawan sekalian dan pembaca yang budiman. Cerita ini masih sekelumit tentang kegiatan di Mawapala, tentu masih banyak dan ada yang lebih menarik lainnya, panjang umur Pencinta Alam Indonesia, panjang umur Mawapala.

Tiga Puluh Tahun Mawapala

Tiga puluh tahun adalah usia yang matang bagi manusia. Di umur seperempat abad lebih itu tidak sedikit pahit-manis pengalaman yang dialami untuk bertahan di kerasnya kehidupan. Bagi seorang laki-laki, di usia 30 tahun sudah sepatutnya memulai kisah baru dengan membangun bahtera rumah tangga, menciptakan perbedaan zaman manusia, dahulu, sekarang, dan yang akan datang.

Bagi sebuah organisasi pencinta alam, umur tiga puluh tahun adalah bukti bahwa gagasan, hasrat dan impian sudah benar-benar terwujud. Bukan lagi omong kosong tentang visi misi yang tak kunjung tercapai, tapi sudah menjelma menjadi suatu langkah kongkrit dalam kontribusi menjaga lingkungan dan alam yang kian rapuh. Usia 30 tahun juga menjadi saksi akan tujuan sekumpulan orang dalam kebersamaan menggerakan kisah dan jejak dari waktu ke waktu. Usia ini telah di capai oleh Mawapala, organisasi pencinta alam di UIN Walisongo Semarang, yang pada tahun 2018 menginjak usia 30 tahun.

Sekilas Berdirinya Mawapala

Mahasiswa pencinta alam atau sering disingkat mapala, muncul di Indonesia sejak tahun 60-an yang dipelopori oleh beberapa mahasiswa Universitas Indonesia yang merasa jenuh akan hiruk pikuk kehidupan kota dan mencari ketenangan di alam bebas. Tepatnya pada tahun 1964 mereka mendirikan Mapala Prajnaparamita Fakultas Sastra UI lalu setelah itu berubah menjadi mapala tingkat universitas dengan nama Mapala UI. Istilah pencinta alam di Indonesia sudah dipakai sejak tahun 50-an oleh perkumpulan pencinta alam pertama di tanah air yang bernama “Perkoempoelan Pentjinta Alam” atau disingkat PPA, perkumpulan ini berdiri pada tanggal 18 Oktober 1953 di Yogyakarta. Berikut kutipan pernyataan dari Awibowo, salah satu pendiri PPA, “Selesai revolusi kami ingin mengisi kemerdekaan dengan kecintaan terhadap negeri, itu kami wujudkan dengan mencintai alamnya” (Norman Edwin, 1984).

Berawal dari kemunculan organisasi pencinta alam di perguruan tinggi pada tahun 60-an maka selanjutnya gagasan untuk mendirikan organisasi Mapala di setiap perguruan tinggi semakin banyak dilakukan oleh mahasiswa yang ingin berpetualang di alam bebas. Begitupula mahasiswa IAIN Walisongo Semarang (nama UIN Walisongo pada saat itu, red). Ide itu bermula dari pertemuan non-formal beberapa Mapala di perguruan tinggi pada tanggal 26 Oktober 1987 di Puncak Gunung Merapi. Saat itu ada mahasiswa dari IAIN Walisongo yang turut serta dalam acara tersebut, yaitu Noor Rokhim dari Fakultas Tarbiyah.

Sepulang dari acara tersebut timbul keinginan untuk juga mendirikan organisasi Mahasiswa Pencinta Alam di IAIN Walisongo Semarang. Hasrat itu akhirnya terwujud pada tanggal 6 Desember 1988, Mawapala resmi secara konstitusional sebagai organisasi internal IAIN Walisongo Semarang lewat pengukuhan Sub. Komisariat BPKM No.28 yang diperjuangkan oleh para perintis organisasi ini, ketua pertama Mawapala adalah saudara Ony Supriyanto (Mbah Ony) periode 1987-1988.

IMG_0029_NEW
Dok. Mawapala

Setelah resmi berdiri, organisasi ini memulai jejaknya dengan mengadakan kegiatan Lintas Pantai di Kendal, dilanjutkan Lintas Medan di Benteng Portugis Jepara sampai ke Gunung Muria. Dan sampai sekarang, sudah banyak jejak yang ditinggalkan oleh Mawapala di tanah air tercinta.

Hasrat Untuk Merayakan Tiga Dekade Mawapala

Expedition, Exploration, Adventure, Demikian slogan Mawapala, suatu slogan yang membawa spirit untuk selalu aktif menebar manfaat di bumi pertiwi. Sebagai organisasi pencinta alam tentu Mawapala tidak terlepas dari kegiatan alam bebas, melakukan petualangan menembus hutan rimba, menelusuri kegelapan gua, memanjat tebing-tebing cadas, mengarungi jeram-jeram berbahaya dan melakukan beragam penelitian di bidang konservasi lingkungan hidup. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah cara organisasi pencinta alam untuk mengenal lebih dekat masyarakat dan alam Indonesia. Dengan itu, diharapkan dapat mewujudkan kesadaran akan pentingnya kelestarian alam serta melihat berbagai kearifan masyarakat dan juga problematika yang dihadapi untuk dapat hidup selaras dengan alam sekitar.

DSCF4328
Dok. Mawapala

Sejak awal berdirinya hingga sekarang, sudah banyak kegiatan yang dilakukan oleh Mawapala, dari skala kecil hingga besar, yang tentunya tidak terlepas dari semangat untuk berbakti pada ibu pertiwi. Telah banyak perubahan yang terjadi pada internal organisasi. Sistem organisasi, pendidikan, dan program kerja terus menerus dievaluasi supaya dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Berbagai inovasi terus dikembangkan agar dapat mencapai organisasi yang ideal dan selaras dengan prinsip good corporate governance, beragam evaluasi dan inovasi ini dilakukan semata-mata agar organisasi dapat tumbuh secara sehat dan menjadikan kader memiliki softskill dan hardskill yang dapat menunjang di samping kegiatan akademik di kampus. Selain membenahi internal organisasi, Mawapala juga terus berupaya untuk mengembangkan kegiatan eksternal seperti pengabdian masyarakat, bakti sosial, dan kampanye lingkungan yang dilakukan di dalam maupun di luar kampus. Ini menjadikan kader-kader Mawapala memiliki dasar keilmuan yang kuat dan sikap proaktif dalam kegiatan-kegiatan kepencintaalaman.

Menuju usia tiga puluh tahun ini, Mawapala berinisiatif membuat kegiatan guna meningkatkan pengetahuan serta pengalaman medan yang bernilai manfaat bagi pribadi dan organisasi, juga kontribusi nyata mahasiswa walisongo pencinta alam akan kecintaan terhadap tanah air.

Kegiatan ini ditujukan untuk mengembangkan divisi-divisi di Mawapala dan melaksanakan program kerja tahun 2018. Dengan adanya kegiatan pengembangan divisi ini, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan para kader di masing-masing divisi. Selain itu, kegiatan ini menjadi program wajib bagi warga muda yang akan meyelesaikan jenjang pendidikan di Mawapala.

Program pengembangan divisi ini dirancang agar dapat memotivasi warga, khususnya generasi muda Mawapala untuk ikut serta dalam mengembangkan keilmuan, untuk masa depan Mawapala lebih baik dan generasi yang lebih cinta terhadap tanah air. Pengimplementasiannya ditunjukkan dalam kegiatan-kegiatan berupa eksplorasi medan, aplikasi materi, observasi, bakti masyarakat dan pengibaran bendera merah putih.

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *