Posted :

in :
Doc. Mawapala

Arung Jeram atau Rafting adalah sebuah olahraga air yang memadukan antara rekreasi, olahraga dan petualangan yang di lakukan dengan cara berkelompok karena saat melakukannya membutuhkan kekompakan dalam tim. Arung Jeram biasanya juga bisa digunakan untuk rekreasi.

Di Indonesia banyak terjadi peristiwa atau kecelakaan ketika berarung jeram atau rafting, mungkin semua itu disebabkan oleh hal-hal yang sepele. Akan tetapi karena kurangnya pengetahuan dan persiapan yang matang, kejadian yang tidak diinginkan itu bisa saja dan kapan saja terjadi. Misalnya kasus orang tenggelam, itu bisa karena yang pertama, alat yang dipakai atau perlengkapannya tidak sesuai standard an pemakaiannya tidak benar, yang kedua, bisa dari dirinya sendiri seperti kurangnya pengetahuan dan tidak menaati peraturan yang ada. Atau bahkan dari kelompoknya yang belum menerapkan prosedur-prosedur yang benar.


Pendahuluan
Rafting atau arung jeram merupakan kegiatan mengarungi jeram-jeram sungai yang sangat menantang. Rafting termasuk ke dalam kategori olahraga air. Rafting memiliki sejarah yang cukup panjang sejak abad ke-19 yang di pelopori John Macgregor seorang pramuka asal Paman Sam (Amerika Serikat) yang waktu itu memimpin sebuah ekspedisi di Sungai Colorado. Perkembangan seiring waktu membawa olahraga arung jeram ke Indonesia dan berkembang sampai saat ini.
Pembahasan

Setiap kegiatan di alam bebas pastinya selalu memiliki resiko untuk terjadi kecelakaan. Yang akan dibahas dalam pembahasan ini adalah isu isu tentang rafting. Rafting walaupun bisa disebut olahraga dan wisata, atau untuk bersenang senang, namun olahraga ini juga mempunyai bahaya dan resiko yang tinggi pula atas olahraga olahraga lainnya. Adapun perlengkapan serta teknik dari rafting sendiri itu ada banyak sekali. Sehingga perlu juga dibutuhkan dana yang lumayan, dan juga ilmu yang memadai.

Ada banyak istilah istilah dalam rafting, diantaranya :
1.Swimmer
Peserta rafting yang terjatuh atau terlempar ke sungai. Kemungkinan semua orang yang pernah rafting adalah swimmer, sebab mayoritas peserta pasti akan terlempar ke sungai.
2. Strainer
Arus sungai yang terhalang oleh runtuhan batu atau pepohonan yang tumbang sehingga tidak bisa mengalir. Bisa juga menjepit perahu yang sedang Kamu naiki. Jadi berhati-hatilah.
3. Skipper
Orang yang memberi instruksi sekaligus sebagai pendamping selama rafting. Dia ini adalah yang memandu para rafter, kapan harus mendayung lebih cepat, kapan harus berbelok, atau kapan harus menghentikan dayungan. Skipper biasanya harus paham betul teknik rafting dan paham prinsip first aid.
4. Wrap
Kondisi boat atau perahu yang terjepit batu besar atau rintangan lainnya. Jika perahu sulit dilepaskan dari jebakan ini, Kamu bisa mengempeskan perahu terlebih dahulu.

Itilah-istilah diatas adalah hanya sebagian kecil saja, masih banyak istilah-istilah yang lainnya.
Adapun contoh isu atau kejadian kecelakaan pada arung jeram atau rafting diantaranya :
Pertama, peristiwa terjadi di Pemalang – Kegiatan arung jeram yang diikuti oleh karyawan dinas pendidikan Adiwerna, Tegal berujung maut. Satu peserta ditemukan tewas terseret arus sejauh 1,5 kilometer.
Peristiwa nahas ini berawal saat 40 dari 70 rombongan karyawan mengikuti arung jeram pada Jumat sore di obyek wisata Desa Kebanggan, Kecamatan Moga, Kabupaten Pemalang. Dari rombongan yang ikut rafting terdapat 7 perahu karet.
“Rombongan pertama ini pesertanya semuanya wanita. Sebelumnya dilakukan pemanasan dan pengarahan dari Operator apa saja yang harus dilakukan saat mengikuti arung jeram,” Petugas Moga Rescue, Ardian saat dihubungi detikcom, Jumat (02/02).
Dijelaskan Ardian, saat masuk jeram pertama, operator yang sebelumnya telah memberikan pengarahan untuk tidak melakukan dayung. Dia memberikan aba-aba ‘Bum’.
“Namun didapati beberapa peserta masih saja gunakan dayungnya. Operator memberikan aba-aba Bum, yang artinya posisi peserta jongkok di perahu,” jelasnya.
Akibatnya, perahu yang berisi 5 peserta ditambah satu operator, justru tidak terkendali dan membentur tebing batu dan terbalik .
“Dua peserta hanyut, satu peserta bisa diselamatkan dan satu peserta lagi terbawa arus sejauh 1,5 kilometer,” jelasnya.
Korban yang dievakuasi karena terhanyut terbawa air sejauh 1,5 kilometer yakni atas nama Abadi Soleh (50) warga Slawi. Ia langsung dilarikan ke Rumah Sakit Muhamadiyah Moga.

Dari informasi yang didapat, korban sebelum mengikuti kegiatan arum jeram memang dalam kondisi sakit.
“Dari informasi yang kita dapat dari rombongan, korban yang meninggal memang dalam kondisi kurang prima, usai sakit,” jelas Ardian.
Kedua, kecelakaan arung jeram pengalengan menimpa pemilik pelatihan management alam terbuka PT. Reka Perdana Adventure, Aris Tri Prasetyo, yang baru berumur 38 tahun yang merupakan warga di jalan wayang Bandung. Saat itu, di bersama rekannya ingin mengadakan survey di sungai tersebut karena dia ingin mengadakan acara “Company Gathering” bersama Fatigon. Pada saat itu jam menunjukkan jam 5 sore dan hari sudah mulai agak gelap ketika Aris bersama rekannya ingin mengadakan survey. Mereka mengadakan survey dengan menggunakan 2 perahu dan Aris berada di perahu pertama.

Kecelakaan arung jeram pengalengan bermula ketika perahu satu melaju terlebih dahulu dan disusul oleh perahu yang kedua. Namun, pada jarak sekitar 300 meter, perahu 2 menemukan perahu 1 yang tergelimpang di sungai dan ketiga penumpangnya jatuh ke sungai. Sedangkan, Aris ikut terbawa arus bersama perahunya. Perahu 2 terus mengikutinya tetapi beberapa saat kemudian rombongan perahu 2 hanya menemukan perahu 1 dan Aris pun menghilang. Pencarian tetap dilanjutkan oleh perahu 2 sampai mereka mencapai finish. Namun, Aris tak kunjung ditemukan. Rekan kerjanya bersama warga menyusuri sungai Cisangkuy sampai pukul setengah 9 malam, tetapi hasilnya nihil. Rencananya pencarian akan dilanjutkan besok.

Kecelakaan Arung Jeram Pengalengan
Pada pagi harinya, kecelakaan arung jeram tersebut ternyata menemukan titik terang karena seorang penamnang pasir bernama Ason menemukan Aris tersangkut di kerimbunan akar pohon di dekat tempat ia menambang. Ia ditemukan dalam keadaan tak bernyawa. Kondisinya pun terlihat mengenaskan, sekujur tubuhnya penuh luka yang diduga disebabkan oleh batu-batu besar dan kepalanya pun sudah tak menggunakan helm pengaman lagi.

Berdasarkan kasus yang pertama, kesalahan yang terjadi pada kasus ini adalah kurangnya perhatian atau kecerobohan dari seorang penumpang atau rafter terhadap perintah atau aba-aba dari skipper.
Dari kejadian ini perlu dipahami bahwa betapa pentingnya seorang skipper dan seorang skipper itu tidak sembarang memilih orang, melainkan orang yang sudah paham tentang seluk beluk rafting.
Kemudian kejadian ini juga terjadi karena kelalaian penumpangnya, disitu disebutkan bahwa penumpang yang tewas dalam kondisi yang kurang sehat. Seharusnya kita sebelum melakukan pengarungan mengecek terlebih dahulu, mulai dari jasmani maupun rohani kita, dan juga standar-standar rafting yang tepat, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Berdasarkan kasus yang kedua, itu terjadi karena perahu yang ditumpangi itu terbalik setelah menabrak bebatuan. Akan tetapi penumpang yang terjatuh itu hanyut terbawa arus. Dan sampai mengakibatkan ketewasan pada seorang penumpang. Seharusnya hal yang perlu dilakukan ketika terjatuh dari perahu adalah dengan cara mengetahui langkah-langkah self rescue seperti dalam kasus ini korban tidak terlihat, dimungkinkan korban tidak melakukan teknik tersebut. Yaitu korban tidak berenang dengan posisi duduk atau telentang, dengan kaki di usahakan sedekat mungkin dengan permukaan air, badan menghadap ke arah hilir sungai. Dan ini mencegah terjadinya benturan antara dasar sungai dengan kaki kita. Dan juga kita harus memilih perlengkapan yang standar sehingga dalam kejadian apapun dapat di minimalisir, seperti helm yang lepas dalam kejadian tersebut.
Dan juga kekompakan tim itu sangatlah diperlukan sehingga hal-hal yang tidak diinginkan itu dapat diatasi.


Kesimpulan
Dalam kegiatan berarung jeram atau rafting perlu diperhatikan mengenai pemahaman tentang prosedur-prosedurnya. Dari hal yang bersifat pribadi maupun kelompok. Dan persiapan yang matang haruslah dinomor satukan, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Sebaiknya kita juga sebagai seorang yang akan melakukan pengarungan, haruslah melakukan edukasi terlebih dahulu kepada yang lebih memahami. Misalnya kalau kita seorang wisata, itu bisa mempelajarinya kepada si pemandu pengarungan itu. Dan jika kita ingin mempelajarinya lebih dalam bisa mengikuti organisasi-organisasi tentang arung jeram tersebut.


Penutup

Dalam kegiatan berarung jeram, perlu diperhatikan kesiapan dan kematangan dalam sebelum melakukan kegiatan tersebut. Sehingga ketika kita telah terjun kelapangan kita sudah mempunyai bekal yang matang. Dan itu dapat meminimalisir hal-hal yang tidak diduga. Dan misalkan kita ingin mendalami ilmu tentang arung jeram, sebaiknya kita belajar terlebih dahulu kepada ahlinya. Atau juga bisa kita masuk organisasi-organisasi yang mempelajari arung jeram tersebut

Daftar Pustaka

Diktat Rafting 2020-MAWAPALA
https://news.detik.com/berita/d-3847773/perahu-terbalik-saat-arung-jeram-di-
pemalang-1-orang-tewas
https://m-kumparan.com.cdn.ampproject.org/v/s/m.kumparan.com/amp/arture-
outbound/mengenal-dunia-rafting-arung-jeram?amp_js-v=a2&amp
http://www.gravity-adventure.com/2014/01/kecelakaan-arung-jeram-
pengalengan.html?m=1

Penulis : Ahmad Sofyan Ramadhan

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *