oi3

Keyakinan 6 orang dari anggota Mawapala untuk menelusuri bagian dari pulau Sulawesi. Keenam orang ini, diantaranya Bedes, Musang, Coker, Podol, Tumpi, dan Cemu. Banyak kendala yang sempat menghampiri ketika ingin mewujudkan mimpi sampai ke sana, tapi Alhamdulillah terlaksanalah kegiatan ini. Kendala yang sempat menurunkan semangat kita dalam eksplorasi pun selalu menemani. Kegiatan ini adalah program kerja pengurus yang tertunda 1 tahun dan akhirnya dapat terwujud pada tahun 2014, tepatnya pada tanggal 20 โ€“ 31 Januari 2014. Waktu yang sangat singkat menyimpan banyak makna, kenangan, pengalaman, dan pengetahuan. Kita dapat belajar tentang masyarakat yang memiliki sosial tinggi, kebersamaan dan kekeluargaan yang erat, keunikan Suku Tana Toraja, dan mereka masih menjaga adat Suku Tana Toraja dengan baik walaupun zaman semakin modern. Dari hal ini kita dapat mengambil manfaat yang positif. Segala persiapan yang dilakukan oleh kami mulai dari pembentukan panitia, persiapan kelompok dan persiapan pribadi. Panitia terbentuk yang diketuai oleh Bedes, Podol sebagai sekretaris, Cemu sebagai bendahara, Tumpi sebagai sie. Konsumsi, Musang sebagai sie. Transportasi dan Coker sebagai sie. dokumentasi. Kita memiliki job masing โ€“ masing, yaitu Bedes (mengkoordinir panitia), Podol (mempersiapkan segala surat โ€“ surat yang diperlukan), Cemu (mengatur uang masuk dan keluar, mencari dana untuk kelompok), Tumpi (mencari logistik kelompok yang akan dibawa), Musang (mencari dan mengatur transportasi yang akan kita gunakan), dan Coker (mencari camera, hand camp, baterai). Dari perjob, jika sudah selesai kita membantu panitia yang belum selesai atau persiapan yang membutuhkan tenaga banyak. Misalnya dari bendahara yang dibantu oleh semua pihak untuk menjual kaos kepada keluarga besar Mawapala dan orang luar. Hasil laba kaos digunakan untuk uang kelompok. Persiapan kelompok dan pribadi sudah selesai, selanjutnya pada tanggal 20 Januari 2014 kita melakukan upacara pemberangkatan dan berangkat menuju Pulau Sulawesi. Angkutan pertama yang kita naiki adalah bis. Menggunakan bis menuju Terminal Bungur Asih Surabaya. Sampai di terminal ini pada pukul 02.00 WIB. Setelah itu kita langsung menuju ke Bandara Juanda Surabaya. Ketika berada dibandara ada sesuatu yang lucu, perkiraan kami sampai bandara langsung terbang menuju Makasar, tapi perkiraan ini salah dan ternyata kita harus menunggu seharian di Bandara Surabaya. Menunggu adalah hal yang sangat membosankan bagi kami. Dan akhirnya kami berjalan โ€“ jalan di bandara, tidur, makan, dan membicarakan jadwal yang selanjutnya ketika kita sudah tiba di Makasar. Pukul 18.00 WIB kita terbang menuju Bandara Makasar. Karena kita selalu memberi kabar anak Mapala Makasar yaitu Mapalasta Makasar. Kita telah dijemput oleh beberapa orang. Kita di bawa menuju Basecamp Mapalasta. Kita berbincang โ€“ bincang, perkenalan, makan bersama sampai tengah malam. Setelah itu, kita breafing sebentar untuk mempersiapkan kegiatan selanjutnya dan dikoordinasikan dengan Ketua Mapalasta. Pagi hari yang cerah di Makasar, mempersiapkan langkah selanjutnya tujuan kita. Dari hasil musyawarah dengan Mapalasta Makasar, warga desa terakhir Gunung Latimojong, dan tim. Kita memutuskan untuk tidak melanjutkan naik Gunung Latimojong. Hal ini sangat menurunkan semangat kita untuk berkegiatan. Tapi, keputusan ini sangat tepat dengan pertimbangan cuaca yang tidak bersahabat, hutan yang masih lembab dan baru ditemukan orang hilang di Gunung Bawakaraeng. Tidak apa, kita masih memiliki agenda yang selanjutnya yaitu Suku Tana Toraja. Pada tanggal 23 Januari 2014 tepatnya pukul 20.00 WIB kita berangkat menuju Suku Tana Toraja menggunakan mobil sewaan. Kita menggunakan mobil ini tujuannya untuk mengurangi pengeluaran yang banyak. Jika tidak memakai mobil, biaya pengeluaran akan banyak untuk transportasi. Sebelum sampai di Tana Toraja kita sempat mampir di rumah senior Kaswari. Dia dulu adalah anggota Mapalasta. Menyempatkan beristirahat di rumah beliau. Kita melanjutkan perjalanan lagi pukul 08.20 WIB pada tanggal 24 Januari 2014. Sampai di Gerbang Tana Toraja pukul 10.45 WIB dan sampai di Basecamp Mahakripa (Mapala Tana Toraja) pukul 13.56 WIB. Kemudian kita saling menyapa, berkenalan, dan langsung disambut oleh Ketua Mahakripa. Ya, walaupun berbeda bahasa tetapi kita tetap satu keluarga. Seperti Indonesia walaupun berbeda suku, bahasa, budaya, bangsa tapi kita tetap satu. Disatuka oleh bahasa Indonesia. Kita saling bertukar bahasa di sini. Sehari beristirahat di Mahakripa, dan berbincang โ€“ bincang tentang Tana Toraja. kemudian pada tanggal 25 Januari 2014 kita menelusuri Suku Tana Toraja, seperti Lemo, Londa, Kete Kesu, Museum Tana Toraja yang berada di Kete Kesu. Di Kete Kesu kita berbincang โ€“ binccang denga ketua suku dan pemilik museum itu. Warga yang ada di desa tersebut hanya sekitar 20 kepala keluarga. Kita membicarakan tentang asal usul Suku Toraja, masyarakat Tana Toraja, kepercayaan di Tana Toraja, pamali โ€“ pamali, benda โ€“ benda antik yang dulu digunakan oleh masyarakat Tana Toraja. Banyak pengalaman cerita yang kami dapatkan dari cerita kepala suku. Salah satunya dulu pernikahan itu hanya datang kerumah perempuan dengan membawa lele, kemudian perempuan itu sudah sah menjadi istri. Dan masih banyak yang belum memiliki agama. Orang yang belum memiliki agama dia memiliki kepercayaan sendiri yaitu Aluk Tadolo. Zaman sekarang sudah banyak agama yang masuk seperti Kristen, Katolik dan Islam.

oi6 Pukul 18.30 WIB kita pulang menuju Basecamp Mahakripa.dalam perjalan kita menyempatkan diri untuk main ke KPA Gersang. Di KPA tersebut kita bertemu denga ketuanya dan berbincang โ€“ bincang juga tentang Suku Tana Toraja. Kita meminta bantuan untuk mencarikan keluarga yang sedang mengadakan acara rambu solo. Rambu solo adalah salah satu acara duka yang ada di Suku Tana Toraja. Keesokan harinya, kita mendapatkan kabar ada serangkaian acara rambu solo di Desa Randan Batu. Alhamdulillah, ternyata Allah mengizinkan kita melihat salah satu rangkaian acara dalan adat rambu solo. Acara yang akan kita lihat adalah adu kerbau (mapasilaga). Sebelum kita pergi kesana kita belajar membuat kerajinan anak โ€“ anak Suku Tana Toraja, yaitu membuat gelang dari benang jahit yang hasilnya akan seperti anyaman dan motif sesuai yang kita inginkan. Pukul 09.00 WIB, kita persiapan menuju Desa Randan Batu. Sesampai disana acara tersebut baru saja akan dimulai. Melihat acara tersebut sebenarnya takut dan merasa kasihan dengan si kerbau. Karena dalam Islam kan kita tidak boleh mengadu dombakan hewan. Nah, karena kita tidak ada di Jawa dan kita harus menghormati adat / keyakinan orang lain. Jadi kami ikut memeriahkannya dengan melihat acara tersebut. Acara tersebut berlangsung sangat meriah. Banyak warga kampung yang berbondong- bondong untuk melihat maupun mengadu kerbau miliknya. Jika kerbau menang maka derajat sosial pemiliknya akan naik dan harga kerbaunya menjulang tinggi / sangat mahal. Setelah acara selesai kita mampir di pemilik acara ini yaitu Mas Asdan. Mas Asdan ini adalah anak dari yang meninggal. Setelah itu kita bertukar cerita. Kemudian kita dipersilahkan untuk melihat mayat bapaknya yang sudah diawetkan selama 1 tahun dikamar dan ditunjukkan peti kayu yang berhias emas. Mereka menyambut kita dengan baik, seperti bukan pendatang tetapi keluarga. Pukul 17.15 WIB, kita menuju rumah senior Figure Of Eight, beliau juga anggota dari Mahakripa. Sesampai di rumahnya kita disambut oleh ibunya yang ramah, tamah, baik. Menyiapan makan malam bersamaan dengan cerita โ€“ cerita tentang Suku Tana Toraja. Breafing untuk jadwal selanjutnya pun tim lakukan. Dan memutuskan untuk kembali ke Mahakripa keesokan harinya, kemudian sore kita menuju Makasar kembali. Tak terasa 5 hari di Suku Tana Toraja, banyak pengetahuan baru, pengalaman, dan keluarga baru. Pada tanggal 27 Januari 2014 tepatnya pukul 15.00 WIB, kita berangkat menuju Basecamp Mapalasta. Sampai di Makasar sudah berganti tanggal yaitu tanggal 28 Januari 2014 pukul 04.45 WIB. Perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan karena hanya duduk di dalam mobil. Dalam perjalanan kita menyempatkan untuk mampir membeli pernak โ€“ pernik asli buatan masyarakat Tana Toraja dan beristirahat untuk makan malam. Sampai di Basecamp Mapalasta kita beristirahat sejenak untuk tidur. Pukul 11.15 WIB, kita berangkat lagi menuju Museum Makasar. Di sini kita dapat melihat ukuran mini Makasar, peninggalan zaman dulu dari semua suku yang ada di Pulau Sulawesi. Dan pukul 21.00 WIB kita sudah sampai lagi di Basecamp Mapalasta. Setelah itu, kita breafing lagi untuk menentukan langkah selanjutnya dengan jadwal yang kita miliki. Akhirnya keputusan untuk kembali ke Pulau Jawa. Pada tanggal 29 Januari 2014, kita melakukan perjalanan ke Pulau Jawa dengan kapal. Ini juga termasuk keputusan bersama oleh tim. Walaupun cuaca yang lumayan tidak bersahabat malam itu, tetapi kita memutuskan untuk naik kapal. Kita masuk ke dalam kapal gunung dempo dengan diiringi hujan. Dan suasana perut yang tidak enak ketika kapal mulai berjalan. Tapi kita berusaha menikmati malamnya di dalam kapal. Tanggal sudah berganti lagi, sekarang tanggal 30 Januari 2014 dan kita masih berada di atas laut. Karena bosan di dalam kapal akhirnya kita keluar untuk menghirup udara segar. Naik ke bagian paling atas yaitu kantin kapal. Menikmati udara dan air laut, serta menjumpai lumba โ€“ lumba yang sedang melompat. Sungguh menambah syukur karena cuaca alhamdulillah juga bersahabat. Malam mulai menyelimuti lautan kita turun untuk makan malam dan beristirahat. Pukul 04.00 WIB, kita terbangun karena ada pengumuman kita telah sampai di Pelabuhan Surabaya, tetapi kapal belum dapat menepi, dikarenakan ombak laut yang tidak bersahabat. 1 jam kita menunggu lagi, pukul 05.15 WIB kapal mulai menepi. Tanggal 31 Januari 204, kita sudah sampai di Pelabuhan Surabaya. Melanjutkan perjalanan dengan menggunakan kereta. Langsung mencari angkutan menuju Stasiun Surabaya. Di stasiun kita mendapatkan tiket pulang pukul 18.15 WIB. Sungguh rencana Allah yang luar biasa. Kita berangkat menunggu seharian, pulang pun menunggu seharian. Nikmat yang harus disyukuri, tidak ada masalah karena itu. Yang dipermaslahkan kita merasa lapar. dan herannya lagi kita memasak roti bakar di dalam stasiun. Tidak apa jika tidak ketahuan, adegan ini jangan ditiru. Pukul 18.15 WIB kita menaik kereta dan meninggalkan Stasiun Surabaya. Sampai di Basecamp Mawapala pukul 23.15 WIB. Alhamdulillah pulang pergi selamat, itulah jejak kami di Pulau Sulawesi dengan izin Allah dan bantuan dari keluarga besar mawapala kita dapat melaksanakan kegiatan ini. Terimakasih semuanya. Mawapala seluruh bakti kami untuk mu!! Lanjutkan jejak kaki yang lebih menantang dan berpengetahuan!!!

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *