![SAVE_20190816_100115](https://mawapalauinsmg.files.wordpress.com/2019/09/save_20190816_100115.jpeg)
Oleh: Mr. Abdulloh Yusoh (Kawan Rayap)
Indonesia adalah suatu negara yang berbentuk kepulauan, penduduknya banyak yang bertempat tinggal di pesisir pantai. Namun sekarang ini banyak yang berpindah ke tempat yang lebih tinggi karena gelombang dan abrasi yang semakin hari semakin parah. Tanaman Mangrove adalah salah satu tanaman yang berpotensi untuk mengurangi abrasi dan meredam gelombang secara alami. Karena hal tersebut Divisi KLH Mawapala melaksanakan penelitian tentang “Analisis Vegetasi Tanaman Mangrove Hari Bumi Mawapala 2018 di Pesisir Pantai Magkang Kulon, Semarang”.
Mengapa kami memilih penelitian tersebut? Karena tempat penelitian tersebut adalah hasil penanaman warga Mawapala sendiri, selain kita dapat memantau hasil penanaman, kami juga ingin mengetahui mangrove apa yang mendominasi di Kawasan tersebut sehingga cocok untuk ditanam dan dapat mengurangi abrasi di Kawasan tersebut serta sudah benarkah kami dalam teknik penanamannya. Penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui tanaman mangrove apa yang terdapat di sana, Indeks Nilai Penting (INP) di kawasan tersebut, INP menunjukkan kepentingan suatu jenis tumbuhan serta perannya dalam suatu komunitas dan keadaan vegetasi di kawasan tersebut.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 6-7 Juli 2019. Kegiatan ini diikuti oleh 8 orang yaitu 3 kader,1 kadiv (Kepala Divisi), 4 pendamping. Kami berangkat dari basecamp dengan 4 motor pada hari Sabtu 6 Juli 2019 sekitar pukul 19.00 WIB perjalanan memakan waktu sekitar setengah jam. Selama Kegiatan ini berlangsung kami menginap di Kelurahan Mangkang Kulon. Setelah selesai membereskan barang bawaan, kami mulai briefing untuk kegiatan diesok hari. Keesokannya barulah kami melakukan penelitian tepatnya di sekitar tempat bekas pelelangan ikan atau TPI, yang mana TPI tersebut akan difungsikan lagi. Pada Penelitian ini data yang kami ambil di lapangan adalah keliling batang mangrove. Untuk mengambil sempel kami menggunakan teknik sampling acak atau Simple Random Sampling. Dan kami mendapat 10 plot yang terdiri dari 1 plot jenis pancang dan 9 plot lainya adalah jenis semai. Kemudian kami mengolah data yang telah kami dapat.
Dari penelitian ini kami mendapatkan 1 jenis mangrove yaitu Rhizopora Stylosa dari famili Rhizophoraceae atau lebih dikenal dengan Bakau, bako-kurap, slindur, tongke besar, wako, bangko yang terdapat di semua plot dengan ciri-ciri umum pohon dengan satu atau banyak batang, tinggi hingga 10 m . Kulit kayu halus, bercelah, berwarna abu-abu hingga hitam. Memiliki akar tunjang dengan panjang hingga 3 m, dan akar udara yang tumbuh dari cabang bawah. Kebanyakan orang sering memanggil tanaman mangrove dengan sebutan bakau, padahal bakau itu hanyalah salah satu jenis dari sekian puluh jenis mangrove. Jangan sampai salah lagi ya. Selain itu kami juga menemukan beberapa biota laut seperti ikan gelodok, ikan ini memiliki sirip yang kuat sehingga dapat digunakan untuk berjalan. Ikan ini dapat hidup didua alam yaitu di darat dan di air. Saat kami melakukan penelitian ikan ini sedang berada di dahan tanaman bakau. Selain itu kami juga menemukan kepiting atau ketam yang dianggap sebagai hama pada tanaman bakau ini. Karena Ketam akan menggigit batang anakan bakau secara melingkar. Akibatnya tanaman tersebut tidak dapat suplai makanan dan pada akhirnya kan mati. Besar nilai INP untuk permudaan semai yaitu 200% dan untuk permudaan pancang yaitu 300% untuk Rhizopora Stylosa atau bakau ini. Keadaan vegetasi tanaman yang berada di lahan ini bagus, dimulai dari cara penanamannya sudah benar sehingga dapat mencapai tujuan untuk mengurangi dampak erosi pantai (abrasi). Artinya tanaman itulah yang cocok untuk ditanam di daerah itu. Karena tidak semua tanaman mangrove cocok di suatu daerah.
Sungguh begitu banyak manfaat dari mangrove, di kawasan ini dan sekitarnya saja sudah berhasil menghalau ombak besar dan abrasi. Bisa dibayangkan tika tidak ada tanaman mangrove ini, pasti tempat tinggal warga sudah terendam air laut bahkan sampai harus mencari tempat tinggal lain karena tingginya abrasi, selain itu masyarakat juga akan sulit menemukan air sumur karena penyerapan yang kurang.
Dari penelitian ini banyak sekali pelajaran dan pengetahuan baru yang kami dapat tentang mangrove. Sebagai mahasiswa pencinta alam, yang dipandang memiliki ilmu yang lebih tentang masalah alam dibanding orang lain, dan memang sudah selaknyaknya begitu. Kita setidaknya mengetahui beberapa hal yang penting tentang mangrove ini sebelum melaksanakan penanaman. Tidak mesti semuanya paling tidak kita tahu cara penanaman yang benar, manfaatnya, cara perawatan, pemilihan bibit yang siap tanam. Jadi kita benar-benar tahu apa yang kita lakukan, apakah sudah benar, bertujuan untuk apa, apa dampaknya, apakah memerlukan perawatan atau tidak.
Misalkan kita menjadi penggerak penanaman mangrove setidaknya kita bisa memberitahu bagaimana cara penanaman yang benar. Karena kebanyakan orang masih awam dengan ini. Sehingga tidak jarang setelah melakukan penanaman mangrove yang diikuti banyak relawan, mereka para pengelola terkadang memerlukan pengecekan terhadap tanaman mangrove. Karena tidak jarang mereka banyak menemukan mangrove yang rusak, mati dan memerlukan penanaman ulang karena penanaman yang salah. Mengapa ini diperlukan? Karena jika penanamannya saja salah bagaimana tanaman tersebut bisa berfungsi dengan baik? Bagaimana bisa mengurangi abrasi jika terkena hantaman ombak saja tanaman mangrove sudah ikut hanyut?
Tinggalkan Balasan