doc. liputan6.com

Setelah digadang gadang bahwa pandemi ini merupakan salah satu penangkal untuk meminimalisir terjadinya sampah secara cepat, seperti kasus penurunan sampah sejak wabah covid-19 pertama merebak di Indonesia. Ternyata hal itu tidak seindah yang kita duga, hanya sesaat saja kita merasakan bebasnya sampah untuk sejenak, menikmati langit biru Jakarta pada awal April lalu karena kurangnya aktivitas, semua itu hanya kejadiaan sesaat dan langsung pergi begitu saja tanpa bisa kita tahan.

Beberapa faktor kejadian tersebut bisa terjadi adalah hanya dari anjuran pemerintah untuk melakukan kegiatan #dirumahsaja dan gerakan work from home.


Meski begitu dampak dari kegiatan-kegiatan tersebut cukup baik namun hanya saja tidak bisa bertahan lama. Berdasarkan data dari LIPI, sampah meningkat pada sektor belanja online yang mana meningkat 62 persen, hal ini bisa saja akan terus bertambah sejalan perkembangan pandemi ini karena warga sangat dianjurkan untuk mengurangi aktivitas dan kerumunan-kerumunan yang terjadi.
Memang begitu kerumunan sesegera mungkin dapat diminamilisir untuk pencegahan covid-19 ini namun tidak untuk peminimalisiran penggunaan sampah yang terjadi, seperti saat belanja online yang mau tidak mau harus menggunakan packing yang rapi. Terdiri dari plastik dan kardus untuk kemasan serta tambahan buble wrap pada kemasan produk tertentu, hal ini sangat jelas bahwa dalam satu kemasan yang di packing saja mengandung sebegitu jumlah sampah yang ada, jumlah ini akan dikalikan sesuai jumlah kebutuhan pesanan yang masuk.

Lain dengan belanja konvensional yang mana pemerintah sudah mewajibkan membawa kantong belanja sendiri saat membeli produk. Contoh saja Kota Semarang yang sudah mewajibkan seluruh toko dan Swalayan untuk tidak melayani dalam pemberian kantong plastik serta mewajibkan konsumen membawa kantong sendiri.

Selain sampah dalam bentuk paket, sampah lain yang terjadi ialah timbul masalah baru dari penggunaan masker baik masker sekali pakai atau tidak. Penggunaan masker yang sembarangan menjadi salahsatu penyumbang saat pandemi ini terjadi. Tidak kurang juga bahwa sampah dari medis meningkat, ah semua ini sulit untuk terbahaskan karena kembali lagi bahwa sampah merupakan sisa-sisa dari hasil ketika kita beraktivitas dan memang tidak bisa dihilangkan kecuali kita minimalisirkan.
Pandemi memang terjadi dan masih akan terjadi sampai kurun waktu yang tidak kita ketahui. Namun solusi dari pemerintahlah yang masih kita tunggu-tunggu, bagaimana pandemi ini segera tuntas, serta bagaimana penanggulangan dan langkah-langkah untuk beraktivitas sesuai arahan pemerintah saat pandemi berlangsung namun tidak lupa untuk tetap peduli terhadap sesama serta kepedulian terhadap perhatian kita terhadap lingkungan.
Dalam segala medan dan segala hal situasi apapun kita tetap dituntut untuk peduli terhadap lingkungan tempat tinggal, kita memang punya hak untuk tinggal di Bumi Pertiwi ini namun tak lupa juga kita juga punya kewajiban untuk memberi timbal balik menjaga lingkungan.

Berbuat baiklah disegala tempat, meski kita berbuat baik secara sendiri, percayalah bahwa niat baikmu akan menghasilkan kebaikan lain kepada orang lain saat kamu tinggal, oranglain akan menghargai prosesmu dan tak mungkin mengabaikan.
Tetap jaga kesehatan,
Salam sehat!
Salam Lestari!!!

Sumber : liputan6.com
Dinas Lingkungan Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta

Penulis: Hani Pramono (Kawan Lemek)

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *