Jalur pendakian Gunung Sindoro via Ndoroarum terletak di Desa Banaran, Kecamaran Garung Kabupaten Wonosobo. Jalur ini dibuka atas inisiatif warga sekitar Banaran yang memiliki hobi mendaki gunung, mereka berjumlah 11 orang. Sedari awal jalur ini memang sudah ada, namun masih ilegal. Kemudian warga sekitar berinisiatif meresmikan jalur ini dengan meminta izin kepada sesepuh desa Banaran dan Perhutani. Jalur lama dibuka tahun 2017, kemudian melakukan uji coba pendakian selama 1 tahun sampai tahun 2018. Pada tahun 2019 jalur pendakian Gunung Sindoro via Ndoroarum ini berhasil diresmikan dan dapat dioperasikan sebagaimana mestinya dengan mematuhi peraturan baik himbauan dan larangan dari pengelola basecamp Ndoroarum itu sendiri.
Selain untuk pendakian, jalur Ndoroarum juga biasa digunakan untuk adat istiadat warga setempat seperti malam 1 syuro. Warga sekitar biasanya mengadakan ziarah ke makam petilasan KH Santri yang berada di puncak Gunung Sindoro via Ndoroarum pada 1 syuro. Pada awalnya, makam tersebut masih tersisa batu batu dan tidak terlihat seperti makam. Maka dari itu, warga sekitar berinisiatif untuk membersihkan dan membangun makam tersebut agar terlihat seperti makam. Dibangun kembalinya makam juga agar pendaki lain tidak menghilangkan rasa hormat.
Mitos-mitos
Mitos yang ada di Gunung Sindoro via Ndoroarum adalah dilarang membawa daging dan sabuk dan sepatu yang berbahan dasar kulit. Bukan hanya untuk pendakian yang tidak diperbolehkan membawa daging, tetapi di ladang perkebunan warga juga tidak diperbolehkan membawa daging. Ada resiko sendiri yang tidak bisa disebutkan oleh para pengelola basecamp. Selain itu dilarang membawa sambal ulek yang dibuat secara manual menggunakan cobek, membawa cobek saat pendakian pun tidak diperbolehkan, dan memakai apapun yang berbahan dasar full kulit.
Flora dan Fauna
Fauna yang ada di jalur pendakian via Ndoroarum ini yang paling terlihat dan beberapa kali ditemui para pendaki yaitu babi hutan, rusa, kijang, kera, dan ayam hutan di area Taman Ageng sampai Pos 2 Kayu Sawa. Flora di jalur Ndoroarum didominasi oleh ilalang, pepohonan, cemara hutan. Adapun Flora yang khas di jalur ini yaitu Akasia dan Mlandingan. Akasia dapat dijumpai di beberapa titik jalur pendakian, dan Mlandingan terdapat di Pos 2 Kayu Sawa sampai sebelum Pos 3 Watu Putih. Selain Akasia dan Mlandingan, para pendaki akan menemukan kantung semar, di jalur pendakian menuju Pos 1 Ngrata, pendaki juga akan menemukan (Bryophyta) jenis lumut hati. Sepanjang track dari Watu Tatah menuju puncak banyak ditemui bunga Edelweiss dan Cantigi yang sangat indah. Walaupun masih ada fauna hutan, namun area camp tetap aman dari hewan buas, jika akan meninggalkan tenda pun aman dari gangguan hewan buas. Pengelola basecamp mengatakan dari dulu sampai sekarang belum pernah terjadi kehilangan tenda atau kerusakan tenda karena hewan buas.
Asal-usul Jalur Naga
Sebenarnya nama Jalur Naga ini ada 2 versi yaitu Jenggil dan Pending. Jenggil yaitu bukit sebelum masuk Jalur Naga. Nama asli jalur naga sendiri adalah Pending yang artinya “Punggungan”. Agar masyarakat awam dan sosial media mudah menyebutnya maka diganti dengan Jalur Naga. Luas jalur untuk pendakian sekitar 1-2 meter, ada beberapa yang muat untuk 2 orang apabila tidak ada ilalangnya. Ada juga yang hanya muat untuk 1 orang saja.
Sejarah Nama Ndoroarum
Nama Ndoroarum awalnya mengambil dari nama Gunung Sindoro dan Gunung Arum. Gunung Arum terletak di pertengahan antara Gunung Sindoro dan Gunung Kembang. Menurut warga sekitar, Gunung Arum memiliki nuansa mistis dan jarang ada orang yang mendaki ke Gunung Arum. Ndoro artinya besar. Arum artinya harum. Jadi Ndoro Arum artinya Sindoro dan Arum.
Mata Air
Terdapat sumber mata air namun tidak boleh diambil karena mitos/kepercayaan dari warga sekitar tidak boleh diambil. Ada Inisiatif warga untuk membuat tampungan air di pos 3 yang dibuat dari plastik, yang berfungsi untuk membersihkan nesting dan piring kotor.
Cuaca
“Cuaca di Bulan Juli ini cukup panas, malamnya dingin. Akhir akhir ini cocok untuk mendaki dan sudah jarang hujan.” Ujar salah satu pengelola basecamp Ndoroarum.
Pendaki
Asal pendaki yang pernah melintasi Gunung Sindoro via Ndoroarum ini berasal dari Papua, Sulawesi, Sumatra, dan kebanyakan dari Jawa Barat dan Jakarta.
Track Pendakian
Track pendakian dari basecamp menuju pos 1 sedikit landai namun juga banyak tanjakan dengan jalan yang berbatu dan pendaki akan melewati ladang perkebunan warga sekitar disepanjang jalur. Estimasi waktu dari basecamp ke pos 1 sekitar 2 jam dengan jarak 1,80 km, namun jangan khawatir karena warga sekitar menyediakan jasa ojek untuk menghemat waktu pendakian. Jika menggunakan ojek akan memakan waktu sekitar 10-15 menit.
Untuk sampai ke pos 2, pendaki harus melewati Taman Ageng dan Jalur Naga. Track dari pos 1 sampai Taman Ageng masih terpantau aman, estimasi waktu 30 menit dengan jarak 500 m.
Dari Taman Ageng menuju Jalur Naga berjarak 400 m dengan estimasi waktu 25 menit, track pendakian yang masih sama dengan sebelumnya.
Dari Jalur Naga menuju Pos 2 Kayu sawa berjarak 650 m dengan estimasi waktu 1 jam, track disini cukup curam dan menanjak terus, track jalur naga merupakan jalan setapak yang memiliki lebar 1 meter dengan pinggir kanan dan kiri langsung terlihat jurang.
Kemudian dari Pos 2 Kayu Sawa sampai Pos 3 Watu Putih pendaki akan melewati tanjakan mrongkol, tanjakan ini sangat menanjak dan bisa mempertemukan lutut dan dagu ketika melangkahkan kaki. Sebelum sampai di Pos 3 Watu Putih pendaki akan melewati pos 3 bayangan yang bisa untuk mendirikan tenda di sana, tempat nya rekomendasi untuk camp karena vegetasi yang masih tertutup bisa menahan angin kencang jika ada badai, namun hanya cukup untuk mendirikan 2 tenda saja. Estimasi waktu dari Pos 2 menuju Pos 3 sekitar 2 jam dengan jarak 900 m.
Dari Pos 3 Watu Putih sampai Pos 4 Uci-uci berjarak 600 m dengan estimasi waktu 1 jam. Track pendakian disini sudah sangat menanjak dengan didominasi bebatuan besar. Di Pos 3 ini kita sudah bisa melihat lautan awan yang indah. Di sini juga terdapat tempat camp yang diberi nama sunset camp, juga terdapat penampungan air yang sengaja dibuat pengelola basecamp untuk sekedar mencuci nesting. Pos 3 ini cocok untuk menikmati matahari tenggelam (sunrise) di sore hari.
Track dari Pos 4 Uci-uci sampai puncak tentunya sangat terjal dan curam karena banyak bebatuan besar yang mengharuskan kita memanjat, di beberapa medan sudah tersedia tali untuk membantu para pendaki untuk memanjat. Perjalanan menuju puncak dari Pos 4 ini akan melewati tanjakan mertua galak, seperti namanya tanjakan ini seperti mertua galak sangat menyiksa. estimasi waktu dari pos 4 menuju puncak 1 jam dengan jarak 900 m.
Puncak Gunung Sindoro via Ndoroarum ini berada 10 meter dari tempat makam KH Santri berada. Lokasi puncak ini juga tidak sejajar dengan puncakan rute lain seperti sigedang, kledung yang berada pesis di pinggir kawah. Dari puncak sini pendaki bisa berjalan sekitar 20 meter melewati tanjakan berbatu dan akan menjumpai plang dari puncak sigedang.
Titik Koordinat
- Basecamp Ndoroarum 07°18’03” LS hingga 109°57’26” BT dengan ketinggian ± 1508 mdpl.
- Pos 1 Ngrata 07°17’50” LS hingga 109°58’13” BT dengan ketinggian ± 1906 mdpl.
- Taman Ageng 07°17’55” LS hingga 109°58’31” BT dengan ketinggian ± 2025 mdpl.
- Jalur Naga 07°17’49” LS hingga 109°58’40” BT dengan ketinggian ± 2125 mdpl.
- Pos 2 Kayu Sawa 07°17’51” LS hingga 109°58’57” BT dengan ketinggian ± 2280 mdpl.
- Pos 3 Watu Putih 07°17’53” LS hingga 109°59’13” BT dengan ketinggian ± 2650 mdpl.
- Pos 4 Uci-uci 07°17’54” LS hingga 109°59’28” BT dengan ketinggian ±2880 mdpl.
- Puncak via Ndoroarum 07°18’05” LS hingga 109°59’43” BT dengan ketinggian ± 3153 mdpl.
Penulis : Fitriah Nurhayati (Kawan AC)
Editor : Faizal Nur Rohman (Kawan Crab)
Source : Kader Divisi Gunung Hutan Mawapala 2021
Tinggalkan Balasan