Posted :

in :

Gunung Sumbing merupakan gunung yang sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat terutama para pendaki. Siapa sangka ternyata gunung sumbing memiliki jalur pendakian baru yang belum banyak orang ketahui. Gajah Mungkur, merupakan jalur pendakian baru yang dibuat oleh masyarakat Desa Lamuk, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Terbentuknya jalur pendakian ini tidak semerta – merta dibuat begitu saja, namun melalui tahapan yang panjang dan perencanaan yang matang pula dari masyarakat setempat.

Pemuda Mandiri, merupakan nama yang diambil oleh masyarakat sebagai identitas Basecamp jalur pendakian ini. Nama Pemuda Mandiri diambil dari salah satu klub sepak bola Desa Lamuk yang pada saat itu telah selesai menyelenggarakan turnamen. Selepas kegiatan turnamen tersebut, masyarakat sudah tidak memiliki kegiatan besar lagi. Kemudian masyarakat berfokus untuk kelestarian dan kesejahteraan Desa Lamuk  yang sudah tidak terawat dan gersang. Setelah melakukan musyawarah, tercetuslah ide untuk membuat Basecamp pendakian dengan tujuan untuk penghijauan melalui kontribusi pendaki dengan membawa bibit tumbuhan ketika akan melakukan pendakian.

Basecamp Pemuda Mandiri berdiri pada bulan Juli 2020 saat covid – 19 sedang gencar – gencarnya. Wabah yang semakin merajalela tidak membuat semangat pengelola Basecamp Pemuda Mandiri ini runtuh. Syarat pendakian yang diperketat guna melindungi para pendaki dari gejala wabah diterapkan pada jalur pendakian ini. Meskipun wabah yang sedang bertebaran, tidak membuat pendaki di jalur ini sepi. Banyak masyarakat yang menjajal jalur pendakian yang baru dibuka ini dengan sangat antusias.

Pembuatan jalur pendakian ini tidak lepas dari bantuan para sesepuh yang sudah terlebih dahulu menjejakkan kakinya di Gunung Sumbing. Nama jalur pendakian Gajah Mungkur diambil dari ikon sabana yang berada di Pos 3 jalur pendakian ini. Gajah Mungkur sendiri merupakan nama yang dibuat oleh sesepuh desa tersebut. Pembuatan nama tempat yang berada di jalur pendakian ini tidak semerta – merta dibuat begitu saja. Namun juga atas persetujuan para sesepuh dan masyarakat serta sejarahnya.

Pos 1 Sengaran merupakan nama yang dibuat oleh pengelola sebagai identitas pos pertama pada jalur pendakian Gajah Mungkur ini. Diambil nama ”Sengaran” karena pada jalur pendakian ini pada dahulunya terdapat banyak sekali pohon Sengaran yang tumbuh di area tersebut.

Pos 2 jalur pendakian ini dinamakan dengan ”Kazu Sawa” dikarenakan pada jalur pendakian ini terdapat pohon purba dan sudah sangat tua yang berada di sebelah kiri jika kita dalam keadaan turun lereng. Maka Pengelola Basecamp menyebut pohon ini sebagai pohon sawa.

Pos 3 Gajah Mungkur diambil dari hamparan sabana yang sangat luas pada area ini. Nama Gajah mungkur merupakan nama yang dibuat oleh sesepuh desa dan dijadikan sebagai identitas dari pos dengan sabana yang sangat luas dan sangat dijaga kelestariannya ini.

Camp Area Kandang Kidang merupakan Camp Area inti yang dibuat oleh Pengelola Basecamp sebagai tempat istirahat yang tentunya dekat dengan sumber mata air. Dinamakan ”Kandang Kidang” karena pada awal berdirinya terdapat banyak satwa yang hidup di area ini.

Pos 4 jalur pendakian ini dinamakan dengan “Gelar Wangi” karena di area ini banyak terdapat bunga edelweis yang diharapkan akan terus harum selamanya. Pada jalur pendakian ini terdapat beberapa etika dan larangan yang dibuat oleh Pengelola Basecamp. Selain sebagai adat istiadat pada daerah ini, aturan yang dibuat juga sebagai upaya konservasi yang dilakukan oleh pengelola agar jalur pendakian ini tetap lestari dan tidak rusak karena ulah pendaki.

Pada area Pos 3 kita dapat menjumpai sabana yang sangat luas dengan tali pembatas di area kanan dan kiri jalur. Tujuan dari pembuatan tali pembatas ini supaya para pendaki tetap berjalan pada jalur yang sudah disediakan dan tidak merusak sabana yang masih sangat terawat dan dijaga oleh masyarakat di sana. Sebelum memasuki Pos 3 Gajah Mungkur, kita juga dapat menemukan Pintu Masuk Gajah Mungkur yang dimana menjadi titik awal para pendaki harus mematuhi larangan yang berlaku seperti dilarang meludah, dilarang berkata kotor, dilarang buang air kecil maupun besar apalagi pada area sabana. Apabila larangan ini dilanggar akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan baik secara mistis maupun secara logika. Pada awal dibukanya jalur pendakian ini belum pernah ada pendaki yang melanggar larangan tersebut. Pada jalur ini pula terdapat larangan berupa pemakaian benda yang didominasi berwarna kuning karena sudah menjadi kearifan lokal pada jalur pendakian ini.

Selain konservasi sabana yang berada di Pos 3, pada jalur pendakian ini juga terdapat ladang edelweis yang menjadi daya tarik di Pos 4 Gelar Wangi. Tanaman edelweis yang mendominasi bahkan banyak yang berada di jalur pendakian membuat pendaki harus sangat berhati – hati dalam melakukan pendakian. Upaya Pengelola Basecamp untuk tetap menjaga kelestarian ladang edelweis ini berupa pengecekan jalur pendakian setiap sebulan sekali untuk melihat apakah jalur yang dibuka berpotensi merusak tanaman edelweiss atau tidak. Jika jalur tersebut berpotensi merusak, pengelola akan membuka jalur pendakian baru yang tentunya tetap aman dan juga dapat melindungi tanaman edelweiss dari kerusakan. Banyak sekali upaya yang sudah dilakukan oleh Pengelola Basecamp demi keberlangsungan jalur pendakian baru Gajah Mungkur ini. Upaya pelestarian yang dilakukan tidak luput dari bantuan para pendaki juga yang harus tetap membantu menjaga jalur pendakian agar tetap lestari dan  dapat dinikmati oleh para pendaki di masa yang akan datang.

Dibuat Oleh : Jamilah dan Alfiana Khoirunnisa

Disunting Oleh : Lutfi Ulu Mudin

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *