Gunung Arjuno, sering juga disebut Gunung Arjuna, adalah gunung stratovolcano yang terletak di Jawa Timur, Indonesia. Nama “Arjuno” berasal dari tokoh pewayangan Mahabharata, Arjuna.Gunung Arjuno sendiri memiliki ketinggian 3.339 meter di atas permukaan laut (mdpl), gunung ini merupakan yang tertinggi kedua di provinsi Jawa Timur, setelah Gunung Semeru, dan keempat tertinggi di Pulau Jawa. Lokasi gunung tersebut terletak di perbatasan Kota Batu, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Pasuruan.Serta berada di bawah pengelolaan Taman Hutan Raya (TAHURA) Raden Soerjo.
Gunung Arjuno berbatasan langsung dengan Gunung Welirang, Gunung Kembar I, dan Gunung Kembar II. Puncak Gunung Arjuno terletak pada satu punggungan yang sama dengan puncak Gunung Welirang, membentuk kompleks yang dikenal sebagai Arjuno-Welirang. Kompleks ini terletak di atas dua gunung berapi yang lebih tua, yaitu Gunung Ringgit di timur dan Gunung Lincing di selatan.Dalam kompleks ini, terdapat area fumarol yang kaya akan cadangan belerang, terutama di puncak Gunung Welirang, Gunung Kembar II, dan beberapa jalur pendakian.
Pengelolaan pendakian di Gunung Arjuno dilakukan secara ketat oleh pihak TAHURA Raden Soerjo, dengan kuota pendakian dibatasi hingga 100 orang per hari untuk setiap jalur pendakian. Jalur pendakian yang populer di antaranya adalah Lawang, Tretes, Batu, Brantas, dan Tambaksari. Pembatasan ini dilakukan demi menjaga kelestarian alam serta mengurangi dampak negatif dari kegiatan pendakian.
Tambaksari adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Sejak 31 Juli 2010, Tambaksari diresmikan sebagai desa wisata, berkat keindahan alamnya yang terjaga. Salah satu dusun di desa ini, Tambak Watu, menjadi jalur utama pendakian menuju Gunung Arjuno. Di sepanjang jalur ini, para pendaki dapat menemukan berbagai situs bersejarah, seperti sendang yang menyimpan Arca Bathara Guru, serta candi-candi yang dikelola oleh dinas purbakala.
Jalur pendakian via Tambaksari ini tidak hanya menarik bagi pendaki biasa, tetapi juga bagi para peziarah yang melakukan kegiatan spiritual. Sepanjang perjalanan, pendaki akan menemui arca dan candi peninggalan zaman dahulu, yang menambah kesan sakral pada jalur ini. Karena itulah, jalur ini kerap dijadikan sebagai jalur religi bagi mereka yang ingin mendekatkan diri pada leluhur atau mencari keselamatan.
Pendakian Gunung Arjuno dulunya dikelola oleh desa setempat, namun kini sepenuhnya berada di bawah pengelolaan TAHURA Raden Soerjo, meskipun masih bekerjasama dengan pihak asuransi desa.Pendaki diwajibkan melakukan registrasi secara online, sebuah langkah yang diambil untuk memudahkan pengawasan dan mencegah terjadinya kecelakaan, orang hilang, serta kebakaran hutan. Selain itu, registrasi ini juga mempermudah pengontrolan jumlah pendaki harian dan memastikan bahwa logistik yang dibawa aman dan tidak berbahaya.
Pendaki tidak hanya dikenakan biaya registrasi, tetapi juga harus mematuhi aturan terkait logistik. Misalnya, membawa drone atau kamera hanya diperbolehkan pada event-event tertentu. Selain itu, pendaki juga harus membawa identitas diri yang sah dan logistik yang diperiksa oleh petugas. Waktu pemeriksaan bagi pendaki biasa adalah antara pukul 08.00 hingga 20.00 WIB, sementara bagi peziarah spiritual waktunya tidak menentu karena mereka datang sesuai dengan panggilan alam.
Jalur pendakian Gunung Arjuno via Tambaksari terdiri dari beberapa pos yang memiliki nilai sejarah dan spiritual. Pos pertama, Gua Onto Buogo, dinamakan demikian karena terdapat gua yang konon baunya seperti naga menurut kepercayaan Jawa. Pos kedua, Tampuono, yang berarti “tentu ada,” merujuk pada sebuah desa yang diyakini masih ada hingga saat ini. Pos ketiga dinamakan Eyang Sakri, diambil dari nama makam yang ada di samping jalur pendakian, sementara Pos keempat, Eyang Semar, terdapat patung Semar dan dianggap sakral oleh masyarakat setempat.
![](https://mawapala.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2025/01/image-7.png)
Pos kelima, Makutoromo, memiliki makna filosofis dalam budaya Jawa, yaitu “mahkota raja.” Pos ini juga sering digunakan untuk upacara oleh anggota militer. Pos keenam, Candi Sepilar, “Sepilar” diartikan sebagai “sunyi dalam pikiran,” memiliki kekuatan spiritual yang diakui oleh banyak pendaki. Pos terakhir, Jawa Dwipa, adalah tempat camp terakhir sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak.
Selama pendakian, pendaki harus mematuhi beberapa larangan, seperti tidak mengenakan pakaian berwarna merah yang dianggap membawa petaka, tidak boleh berangkat dengan niat yang tidak yakin, serta tidak boleh bersiul di tempat-tempat sakral. Selain itu, wanita yang sedang dalam keadaan berhalangan juga disarankan untuk tidak melanjutkan pendakian.
![](https://mawapala.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2025/01/image-6.png)
Pendakian Gunung Arjuno via Tambaksari menawarkan pemandangan alam yang memukau dengan keanekaragaman flora dan fauna. Di antara flora yang tumbuh di sini, terdapat cemara gunung, puspa, edelweiss, dan cantigi. Fauna yang sering dijumpai meliputi elang Jawa, macan tutul, rusa, kijang, babi hutan, lutung, monyet Jawa, ayam hutan, dan anjing hutan.
Gunung Arjuno bukan hanya sekadar tempat pendakian, tetapi juga merupakan situs budaya dan spiritual yang kaya akan nilai sejarah dan kearifan lokal. Pendaki yang ingin mengunjungi gunung ini harus mempersiapkan diri dengan baik, tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara mental dan spiritual, agar perjalanan mereka berjalan dengan aman dan lancar.
Tinggalkan Balasan